We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Antara Dendam dan Penyesalan by Jus Alpukat

Bab 31
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 31

Hampir saja Harvey tertipu oleh senyuman yang berada sangat dekat dengannya. Akal sehat

membuatnya kembali ke kenyataan.

Dia mengernyitkan alisnya dan berkata dengan wajah tidak senang, “Selena, permainan macam apa

lagi ini?” @

Selena berkata dengan serius, “Aku serius, aku cuma ingin memberitahumu kalau aku hanya

minta waktumu selama tiga bulan saja. Setelah tiga bulan ini berlalu, kamu bisa menikah dengan

Agatha atau memiliki anak dengannya. Aku nggak akan ambil pusing lagi.”

Saat itu, harusnya dia sudah hampir mati. Dia akan mencari tempat sepi untuk menjalani sisa

hidupnya.

Harvey bertatapan dengan mata Selena yang serius. Makin lama, dia benar–benar makin kesulitan

mengenali Selena. Mulanya Harvey mengira kalau Selena akan membencinya setelah membahas

masalah ini. Tak disangka Selena malah membuat keputusan macam ini.

Harvey menyapukan pandangannya ke arah Selena dengan dingin. “Gimana kalau aku nggak

setuju?”

“Yah, kalau gitu aku nggak akan tandatangan surat cerai ini selamanya. Aku sih bisa nunggu, tapi

kayaknya kekasih dan anakmu nggak bisa, deh.” (1

Follow current on NovelEnglish.net

Selena mengangkat alisnya dan berkata dengan ekspresi cuek, “Aku cuma minta waktumu selama tiga

bulan saja, setelah itu aku akan menandatangani surat cerai denganmu, terus meninggalkan kota A

dan nggak akan pernah kembali lagi.”

Harvey tersenyum mencibir. “Memangnya kamu rela meninggalkan Arya?”

Selena sendiri toh sudah hampir mati, mana sempat dia memikirkan orang lain?

Selena menjawab dengan enteng, “Dokter bilang kalau kemungkinan ayahku bisa sadar lagi sangat

kecil. Kalau dia koma seperti itu terus, mau tinggal di mana pun nggak ada bedanya

bagiku.”

Mungkin, Selena akan meminta/rumah sakit untuk melakukan prosedur euthanasia kepada ayahnya

jika dia sendiri sudah hampir mati. Jika sampai Selena mati lebih dulu, bisa–bisa tidak ada yang

mengurus pemakaman ayahnya itu.

Bagaimana kalau kelak Harvey merasa tertekan dan membuang ayahnya ke laut? Bisa–bisa tubuh

ayahnya jadi tidak utuh lagi dan membuat Selena tidak bisa mengenali sosok ayahnya di alam

kematian.

Lebih baik Selena dan ayahnya mati bersama supaya kelak mereka tidak kesepian.

Harvey diam saja. Tiba–tiba terdengar suara Agatha menyeruak masuk. “Harvey, sudah beres

belum?”

Agatha yang sudah tidak bisa lagi duduk diam saat menghadapi dua orang yang sudah gagal cerai

berkali–kali ini, memutuskan untuk bergerak lebih dulu.

Kali ini, Agatha sengaja membawa anaknya. Ini semua demi meyakinkan Harvey agar tidak terjadi hal–

hal lain di luar rencana.

Anak perempuan yang digendong Agatha sama sekali tidak mirip dengan Harvey, malah terlihat seperti

miniatur Agatha sendiri.

Tatapan Selena langsung menjadi kaku begitu menatap anak perempuan itu. Dadanya terasa sesak

seperti sedang diremas–remas.

Andai saja anaknya masih hidup, pasti usianya tidak jauh berbeda dengan anak perempuan ini. Saat

Selena kehilangan anak kesayangannya, Agatha malah bernasib baik dan melahirkan sepasang anak

kembar.

Anak perempuan itu mengulurkan tangannya ke arah Harvey dan berceloteh, “Aaa … Ayah … peluk

…”

Harvey langsung menggendong anak perempuan itu. Agatha berdiri di samping Harvey sambil

tersenyum lembut kepada Selena.

Follow current on NovelEnglish.net

“Nona Selena, Harvey sudah nggak ada rasa lagi denganmu, kenapa kamu masih saja

mengganggunya?”

Agatha melirik isi surat perjanjian cerai. Sepintas, terlihat ekspresi tidak menyangka di wajahnya, tetapi

ekspresi Agatha langsung kembali seperti semula lagi. “Harvey sendiri sudah sangat baik padamu.

Andai saja aku jadi kamu, sudah pasti aku akan menerima tawaran ini. Kamu malah nggak akan dapat

apa–apa kalau kamu terlalu serakah.”

Selena menatapnya dengan dingin dan langsung mengamuk. “Itulah mengapa kalau kamu nggak akan

bisa jadi diriku selamanya dan nggak akan pernah menjadi diriku.”

Kata-kata ini terdengar ambigu. Agatha jadi harus terpaksa tersenyum karena ada Harvey di sini.

Selena memainkan bolpoin yang dia pegang. “Harvey, cuma ini syarat yang kuminta. Kalau kamu

nggak mau, ya sudah status kita akan tetap kayak gini. Kita lihat siapa yang bisa bertahan.”

“Satu bulan.”

Harvey mengangkat kepalanya dan menatap Selena lekat-lekat.

Selena masih ingin bernegosiasi, tetapi langsung ditolak oleh ekspresi Harvey yang dingin. “Ini adalah

batas

2/3

Atau dengan kata lain, keputusan Harvey sudah tidak bisa dirubah lagi.

satu bulan